Telaah Sastra
UNSUR-
UNSUR PEMBENTUK KARYA SASTRA
Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang terdiri dari
empat unsur pembentuknya, yakni Emosi (al-‘Athifah), Makna (al-Ma’na),
Gaya Bahasa (al-Usluub) dan Imajinasi (al-Khayaal).[1]Dengan kata lain, semua karya sastra memiliki dan membutuhkan
keempat unsur tersebut. Meskipun tingkat kebutuhan satu dan lainnya berbeda.
Seperti; puisi lebih mengutamakan daya imajinasi (khayal), sedangkan
peribahasa (al-hikam) lebih memuat makna daripada imajinasi. Berikut penjelasan
singkat tentang ke-empat unsur-unsur pembentuk karya sastra, antara lain;
1. Emosi (al-‘Athifah)
Yakni suatu perasaan yang tumbuh
dalam diri manusia, seperti: rasa gembira atau sedih, cinta atau benci, bahkan
sakit dan marah. Emosi memiliki dua macam yakni Emosi dari dalam (al-‘Athifah al-dzatiyah)
atau suatu rasa yang terikat dengan hubungan khusus, seperti
sedih atas kehilangan salah satu kerabatnya dan senang karena bertemu dengan
kekasih. Emosi dari luar (al-‘Athifah
al-ghairiyah) atau rasa yang ditujukan kepada
orang lain, tanah air atau bangsa dan nilai kemanusiaan yang mulia. Seperti;
keimanan atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya, rasa cinta terhadap tanah air
dan rasa sedih atau prihatin terhadap penderitaan orang-orang yang terzholimi.
[Baca juga: Unsur-unsur
Instrinsik Pada Drama]
Pada dasarnya (al-‘Athifah) ini
merupakan asas pembentuk karya sastra, dengannya dapat dibedakan antara kitab
karya sastra dengan kitab fiqh misalnya, yang mana memerlukan pendekatan dengan
akal tidak dengan Athifah.[2]
2. Makna (al-Ma’na)
Yang dimaksud dengan al-Ma’na adalah tema yang ditampilkan dalam teks. Kadang-kadang
berupa satu pikiran, atau berupa satu masalah, atau juga dapat berupa suatu
perasaan tertentu yang dialami penulis. Penulis harus memilih tema yang menarik,
yang ditulis dalam bentuk sastra, untuk menyampaikan pikiran, masalah atau
perasaan yang dialaminya.
3. Gaya Bahasa (al-Usluub)
Gaya
Bahasa adalah cara penyair mengungkapkan isi hati dan imajinasin melalui pemilihan
kata-kata yang digunakan dalam karya sastranya. [Baca juga: Unsur-unsur
Instrinsik Pada Prosa]
4. Imajinasi (al-Khayaal)
Al-Khayaal
adalah kemampuan manusia dalam menggambarkan segala sesuatu yang tidak ada, menghadirkan
Al-shuurah atau deskripsi seakan-akan kita berada di hadapannya atau di
dalamnya. Adapun sumber utama akan adanya imajinasi pengarang adalah
pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya, yang tersimpan di dalam
pikirannya, serta segala sesuatu yang dilihat atau didengar dan berakar dalam
dirinya. Imajinasilah yang membuat nilai puisi itu menjadi lebih estetis dan
tinggi. Dengan kata lain imajinasi merupakan unsur dasar
dalam sastra, yang mana berkat imajinasi yang kuat dan sistematis, para sastrawan
mampu membuat karya sastra yang bernilai tinggi.[3]
Dalam hal kritik sastra, harus diperhatikan terlebih dahulu tentang
jenis karya yang dapat diteliti. Karya sastra menurut para ahli kritik sastra
terbagi menjadi dua, yakni Sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan
merupakan sebuah karya satra yang
penyampaiannya bukan melalui tulisan akan tetapi melalui lisan. Seperti: puisi
atau syair pada masa Jahiliyah atau di pasar ukadz tempat sayembara
puisi, yang mana seluruh puisinya disampaikan dengan lisan. Selain itu terdapat
natsr atau prosa, cerita modern yang disampaikan secara lisan atau
sebuah pertunjukan drama yang direkam, bisa menjadi objek kajian sastra lisan. Sedangkan
sastra tulisan merupakan karya sastra yang disampaikan dalam sebuah tulisan.
Dan diutamakan karya sastra yang memiliki empat unsur yang telah disebutkan sebelumnya.
Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar