Selasa, 22 Agustus 2017

UNSUR- UNSUR PEMBENTUK KARYA SASTRA



Telaah Sastra
UNSUR- UNSUR PEMBENTUK KARYA SASTRA
Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang terdiri dari empat unsur pembentuknya, yakni Emosi (al-‘Athifah), Makna (al-Ma’na), Gaya Bahasa (al-Usluub) dan Imajinasi (al-Khayaal).[1]Dengan kata lain, semua karya sastra memiliki dan membutuhkan keempat unsur tersebut. Meskipun tingkat kebutuhan satu dan lainnya berbeda. Seperti; puisi lebih mengutamakan daya imajinasi (khayal), sedangkan peribahasa (al-hikam) lebih memuat makna daripada imajinasi. Berikut penjelasan singkat tentang ke-empat unsur-unsur pembentuk karya sastra, antara lain;
1.      Emosi (al-‘Athifah)
Yakni suatu perasaan yang tumbuh dalam diri manusia, seperti: rasa gembira atau sedih, cinta atau benci, bahkan sakit dan marah. Emosi memiliki dua macam yakni Emosi dari dalam (al-‘Athifah al-dzatiyah)  atau suatu rasa yang terikat dengan hubungan khusus, seperti sedih atas kehilangan salah satu kerabatnya dan senang karena bertemu dengan kekasih. Emosi dari luar (al-‘Athifah al-ghairiyah) atau rasa yang ditujukan kepada orang lain, tanah air atau bangsa dan nilai kemanusiaan yang mulia. Seperti; keimanan atau iman kepada Allah dan Rasul-Nya, rasa cinta terhadap tanah air dan rasa sedih atau prihatin terhadap penderitaan orang-orang yang terzholimi. [Baca juga: Unsur-unsur Instrinsik Pada Drama]
Pada dasarnya (al-‘Athifah) ini merupakan asas pembentuk karya sastra, dengannya dapat dibedakan antara kitab karya sastra dengan kitab fiqh misalnya, yang mana memerlukan pendekatan dengan akal tidak dengan Athifah.[2]
2.      Makna (al-Ma’na)
Yang dimaksud dengan al-Ma’na adalah tema yang ditampilkan dalam teks. Kadang-kadang berupa satu pikiran, atau berupa satu masalah, atau juga dapat berupa suatu perasaan tertentu yang dialami penulis. Penulis harus memilih tema yang menarik, yang ditulis dalam bentuk sastra, untuk menyampaikan pikiran, masalah atau perasaan yang dialaminya.
3.      Gaya Bahasa (al-Usluub)
Gaya Bahasa adalah cara penyair mengungkapkan isi hati dan imajinasin melalui pemilihan kata-kata yang digunakan dalam karya sastranya. [Baca juga: Unsur-unsur Instrinsik Pada Prosa]
4.      Imajinasi (al-Khayaal)
Al-Khayaal adalah kemampuan manusia dalam menggambarkan segala sesuatu yang tidak ada, menghadirkan Al-shuurah atau deskripsi seakan-akan kita berada di hadapannya atau di dalamnya. Adapun sumber utama akan adanya imajinasi pengarang adalah pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya, yang tersimpan di dalam pikirannya, serta segala sesuatu yang dilihat atau didengar dan berakar dalam dirinya. Imajinasilah yang membuat nilai puisi itu menjadi lebih estetis dan tinggi. Dengan kata lain imajinasi merupakan unsur dasar dalam sastra, yang mana berkat imajinasi yang kuat dan sistematis, para sastrawan mampu membuat karya sastra yang bernilai tinggi.[3]
Dalam hal kritik sastra, harus diperhatikan terlebih dahulu tentang jenis karya yang dapat diteliti. Karya sastra menurut para ahli kritik sastra terbagi menjadi dua, yakni Sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan merupakan  sebuah karya satra yang penyampaiannya bukan melalui tulisan akan tetapi melalui lisan. Seperti: puisi atau syair pada masa Jahiliyah atau di pasar ukadz tempat sayembara puisi, yang mana seluruh puisinya disampaikan dengan lisan. Selain itu terdapat natsr atau prosa, cerita modern yang disampaikan secara lisan atau sebuah pertunjukan drama yang direkam, bisa menjadi objek kajian sastra lisan. Sedangkan sastra tulisan merupakan karya sastra yang disampaikan dalam sebuah tulisan. Dan diutamakan karya sastra yang memiliki empat unsur yang telah disebutkan sebelumnya.

Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula


[1] Ahmad Amin, Al-Naqdu Al-Adaby, Mesir: Kalimah arabiyah wan nashr, 2012, hal. 29
[2] Ahmad Amin, Al-Naqdu Al-Adaby, Mesir: Kalimah arabiyah wan nashr, 2012, hal. 30
[3] Maman Lesmana, Kritik Sastra Arab, (Depok:Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010), hlm. 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar