Selasa, 22 Agustus 2017

Unsur-unsur Instrinsik Pada Prosa



Telaah Sastra
Unsur-unsur Instrinsik Pada Prosa
Prosa merupakan bentuk karya sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang, tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi. Bentuk prosa sebagai pengungkapan jenis sastra biasa disebut jenis fiksi atau cerkan (cerita rekaan). Bermacam-macam cerkan antara lain, roman, novel, novellet, cerpan (cerita panjang), cerpen (short story), cermin (short-short story), cerber, dan cergam. Menurut Satoto, pada umumnya secara konvensional unsur-unsur yang membentuk struktur fiksi adalah : 

Tema (Theme) dan Amanat (Message)

Merupakan suatu gagasan atau ide sentral yang dapat terungkapkan ke dalam karya sastra, baik langsung maupun tak langsung, baik tersurat maupun tersirat, baik yang ada dalam naskah atau di dalam konteksnya. Menurut picket bahwa wujud tema dalam karya sastra berpangkal pada alasan tindak (motif tokoh). Amanat cerita merupakan pengarang kepada pembaca atau publiknya. Hubungan antara tema dan amanat dapat dirumuskan. Jika tema merupakan masalah, amanat merupakan pemecahannya.apabila tema merupakan pertanyaan, amanat adalah jawabannya.

Alur (Plot)

J.A Cuddon memberi batasan bahwa alur merupakan konstruksi bagian/skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam prosa, puisi, lakon, selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang. Menurut Panuti Sudjiman, alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Menurut Gustave Freytag struktur alur melalui pyramid Freytag mempunyai susunan: Exsposition-Complication-Climac-Resolution-Conclution. [Baca juga: UNSUR- UNSUR PEMBENTUK KARYA SASTRA]

Penokohan (Characterisation)

Penokohan adalah proses penempatan tokoh watak dalam cerita,. Setidaknya ada dua macam penokohan yaitu (1) metode analitik, yaitu pengarang secara langsung memaparkanatau melukiskan watak tokoh dengan cara menyebutkan sifat-sifat tokoh, dan (2) metode dramatic, yaitu penggambaran watak tokoh yang tidak diceritakan secara langsung, tetapi disampaikan melalui pemilihan nama tokoh, penggambaran fisik tokoh, melalui cakapan baik dialog maupun monolog.

Latar (Setting)

Latar dalam arti luas meliputi aspek ruang, waktu, dan suasana. Aspek ruang merupakan gambaran tempat atau lokal terjadinya peristiwa dalam cerita. Aspek waktu dibagi dalam (a) waktu cerita (fable time) adalah seluruh rentangan atau jangkauan waktu yang digunakan dalam suatu cerita, (b) untuk penceritaan (narrative time) adalah lamanya waktu yang digunakan untuk menceritakan cerita atau membacanya. Aspek suasana bisa suasana batin tokoh (sedih, gelisah, gembira, dan lain sebagainya) maupun suasana di luar batin tokoh (hiruk pikuk, panas, hujan, mendung, dan lain sebagainya). [Baca juga: Unsur-unsur Instrinsik Pada Drama]
Pusat pengisahan/Sudut Pandang (Point of View)
Disebut juga sudut pandang pengarang, yaitu cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita. Apabila sumber cerita kadang-kadang menyebut dirinya aku atau saya, teknik cerita tersebut menggunakan teknik cerita aku-an. Apabila sumber cerita menyebut tokoh, teknik tersebut menggunakan dia-an.
Gaya dan Bahasa (Style and Languages)
Gaya yang dimaksud dalam struktur ini adalah gaya cerita dan gaya bahasa. Gaya cerita menyangkut dialek, idiolek, dan segala hal yang berkaitan dengan ciri khasnya sebagai seorang pengarang/pencerita. Sedangkan gaya bahasa menyangkut beberapa ragam gaya bahasa sebagaimana dipelajari dalam ilmu bahasa (linguistik).

Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar