Selasa, 22 Agustus 2017

SINOPSIS NOVEL LORONG MIDAQ



Telaah Sastra
SINOPSIS NOVEL LORONG MIDAQ

Seperti sebuah pemukiman pada umumnya, lorong Midaq pun juga memiliki segudang cerita dari para penduduknya. Cerita bermula pada suatu siang yang terik Nyonya Saniya Afifi datang mengunjungi apartemen Ummu Hamida, seorang wanita yang terkenal sebagai mak comblang dan biang gossip di kawasan lorong Midaq. Maksud kedatangan Nyonya Saniya adalah untuk meminta bantuan kepada Ummu Hamida untuk mencarikan suami baginya meskipun kini umurnya tak lagi muda. Kesendirian Nyonya Saniya dalam menjalani hidup terasa berat tanpa adanya seorang laki-laki di sampingnya, sehingga tidak salah bila ia meminta bantuan kepada Ummu Hamida). yang terkenal sebagai mak comblang itu. Cerita juga datang dari keluarga Kirsya yang merupakan tetangga mereka. Pertengkaran dan percekcokan selalu datang dari keluarga Kirsya, sebab istri Tuan Kirsya, Ummu Husain, merasa malu dan sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan Kirsya yang menyimpang yaitu sebagai seorang penyuka sesama jenis (homoseksual). Akhirnya pertengkaran tersebut menjadi salah satu faktor kepergian Husain, anak semata wayang mereka, menuju Tall al-Kabir.
Dengan memanfaatkan situasi pasca perang dunia II Husain mengajak sahabat karibnya Abbas Hilu untuk pergi menuju ke Tall al-Kabir untuk bekerja kepada tentara Inggris. Karena iming-iming gaji yang melimpah akhirnya Abbas Hilu menerima juga ajakan kawannya tersebut. Abbas pun pergi meninggalkan lorong Midaq seta kedai cukur kesayangannya. Ia berharap sekembalinya dari Tall al-Kabir nanti ia dapat menikah dan membina sebuah rumah tangga dengan pujaan hatinya, Hamidah. [Baca juga: Feminisme dalam Novel Perempuan di Titik Nol]
Hamida adalah seorang gadis cantik yang angkuh, tidak tahu sopan santun dan mata duitan. Abbas tidak tahu bila Hamida menerima lamarannya hanya karena lantaran Hamida sudah tidak tahan dengan omelan ibunya yang kerap kali menyuruhnya untuk segera menikah. Ia menerima lamaran Abbas bukan karena cinta tapi karena terdesak oleh keadaan. Setelah kepergian Abbas ke Tall al-Kabir, Tuan Salim pemilik perusahaan parfum datang ke rumah Ummu Hamida untuk melamar Hamida. Karena sifatnya yang mata duitan tersebut maka Hamida dengan mudahnya menerima lamaran tersebut meskipun sebelumnya ia telah menerima lamaran Abbas. Akan tetapi takdir berkata lain keesokan harinya Tuan Salim terkena serangan jantung dan mengalami stroke sehingga menyebabkannya harus duduk di atas kursi rodanya selama hidupnya. Hamida yang mendengar kabar tersebut segera menarik kembali ucapannya dan menolak lamaran Tuan Salim. [Baca juga:Aliran-aliran dalam Sastra Arab Modern]
Suatu hari Hamida bertemu dengan seorang lelaki tampan yang selalu berpenampilan perlente bernama Faraj Ibrahim. Pria kaya tersebut dengan mudah membuat Hamida jatuh hati padanya. Karena sudah tergila-gila dengan Faraj, Hamida pun rela meninggalkan lorong Midaq untuk hidup bersama Faraj. Setelah tinggal dengan Faraj, Hamida harus menerima kenyataan pahit bahwa ternyata Faraj adalah seorang mucikari. Faraj memberikan pilihan kepada Hamida untuk pergi atau tetap tinggal bersamanya akan tetapi menjadi salah satu pelacurnya. Karena silau dengan harta Hamida pun memilih pilihan kedua dan mulai menjalani kehidupan barunya sebagai seorang pelacur.
Di lorong Midaq, Abbas Hilu yang baru tiba dari Tal al-Kabir sangat terpukul ketika menerima berita akan hilangnya Hamida. Keesokan harinya Abbas dan Husain memulai pencarian Hamida di kawasan baru Mesir. Setelah berhari-hari mencari akhirnya Abbas menemukan Hamida di sebuah toko bunga. Hamida menceritakan pekerjaan barunya pada Abbas dan ia mengatakan bahwa ia dipaksa oleh Faraj untuk melakukan semua ini. Mendengar cerita Hamida, Abbas langsung naik pitam. Ia pun merencanakan untuk menghajar Faraj. Keesokan harinya Abbas dan Husain pergi ke sebuah bar tempat Hamida bekerja. Akan tetapi apa yang dilihat oleh Abbas dan Husain sungguh sangat berbeda dengan yang diceritakan oleh Hamida. Mereka melihat Hamida duduk manja di pangkuan seorang tentara Inggris dan tertawa mesra bersamanya. Hal tersebut membuat Abbas gelap mata dan langsung menyambar sebuah botol bird an menghantamkannya ke kepala Hamida. Perbuatan Abbas tersebut membuat Hamida terluka dan memancing emosi para tentara Inggris. Abbas langsung dikeroyok oleh tentara-tentara tersebut hingga kemudian ia harus kehilangan nyawanya di bar tersebut.

Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula

Tidak ada komentar:

Posting Komentar