Telaah Sastra
SINOPSIS NOVEL LORONG MIDAQ
Seperti
sebuah pemukiman pada umumnya, lorong Midaq pun juga memiliki segudang cerita
dari para penduduknya. Cerita bermula pada suatu siang yang terik Nyonya Saniya
Afifi datang mengunjungi apartemen Ummu Hamida, seorang wanita yang terkenal
sebagai mak comblang dan biang gossip di kawasan lorong Midaq. Maksud
kedatangan Nyonya Saniya adalah untuk meminta bantuan kepada Ummu Hamida untuk
mencarikan suami baginya meskipun kini umurnya tak lagi muda. Kesendirian Nyonya
Saniya dalam menjalani hidup terasa berat tanpa adanya seorang laki-laki di
sampingnya, sehingga tidak salah bila ia meminta bantuan kepada Ummu Hamida).
yang terkenal sebagai mak comblang itu. Cerita juga datang dari keluarga Kirsya
yang merupakan tetangga mereka. Pertengkaran dan percekcokan selalu datang dari
keluarga Kirsya, sebab istri Tuan Kirsya, Ummu Husain, merasa malu dan sudah
tidak tahan lagi dengan kelakuan Kirsya yang menyimpang yaitu sebagai seorang
penyuka sesama jenis (homoseksual). Akhirnya pertengkaran tersebut menjadi
salah satu faktor kepergian Husain, anak semata wayang mereka, menuju Tall
al-Kabir.
Dengan memanfaatkan situasi pasca
perang dunia II Husain mengajak sahabat karibnya Abbas Hilu untuk pergi menuju
ke Tall al-Kabir untuk bekerja kepada tentara Inggris. Karena iming-iming gaji
yang melimpah akhirnya Abbas Hilu menerima juga ajakan kawannya tersebut. Abbas
pun pergi meninggalkan lorong Midaq seta kedai cukur kesayangannya. Ia berharap
sekembalinya dari Tall al-Kabir nanti ia dapat menikah dan membina sebuah rumah
tangga dengan pujaan hatinya, Hamidah. [Baca juga: Feminisme dalam Novel Perempuan di Titik Nol]
Hamida adalah seorang gadis cantik
yang angkuh, tidak tahu sopan santun dan mata duitan. Abbas tidak tahu bila
Hamida menerima lamarannya hanya karena lantaran Hamida sudah tidak tahan
dengan omelan ibunya yang kerap kali menyuruhnya untuk segera menikah. Ia
menerima lamaran Abbas bukan karena cinta tapi karena terdesak oleh keadaan.
Setelah kepergian Abbas ke Tall al-Kabir, Tuan Salim pemilik perusahaan parfum
datang ke rumah Ummu Hamida untuk melamar Hamida. Karena sifatnya yang mata
duitan tersebut maka Hamida dengan mudahnya menerima lamaran tersebut meskipun
sebelumnya ia telah menerima lamaran Abbas. Akan tetapi takdir berkata lain
keesokan harinya Tuan Salim terkena serangan jantung dan mengalami stroke
sehingga menyebabkannya harus duduk di atas kursi rodanya selama hidupnya.
Hamida yang mendengar kabar tersebut segera menarik kembali ucapannya dan
menolak lamaran Tuan Salim. [Baca juga:Aliran-aliran dalam Sastra Arab Modern]
Suatu hari Hamida bertemu dengan
seorang lelaki tampan yang selalu berpenampilan perlente bernama Faraj Ibrahim.
Pria kaya tersebut dengan mudah membuat Hamida jatuh hati padanya. Karena sudah
tergila-gila dengan Faraj, Hamida pun rela meninggalkan lorong Midaq untuk
hidup bersama Faraj. Setelah tinggal dengan Faraj, Hamida harus menerima
kenyataan pahit bahwa ternyata Faraj adalah seorang mucikari. Faraj memberikan
pilihan kepada Hamida untuk pergi atau tetap tinggal bersamanya akan tetapi
menjadi salah satu pelacurnya. Karena silau dengan harta Hamida pun memilih
pilihan kedua dan mulai menjalani kehidupan barunya sebagai seorang pelacur.
Di lorong Midaq, Abbas Hilu yang
baru tiba dari Tal al-Kabir sangat terpukul ketika menerima berita akan
hilangnya Hamida. Keesokan harinya Abbas dan Husain memulai pencarian Hamida di
kawasan baru Mesir. Setelah berhari-hari mencari akhirnya Abbas menemukan
Hamida di sebuah toko bunga. Hamida menceritakan pekerjaan barunya pada Abbas
dan ia mengatakan bahwa ia dipaksa oleh Faraj untuk melakukan semua ini.
Mendengar cerita Hamida, Abbas langsung naik pitam. Ia pun merencanakan untuk
menghajar Faraj. Keesokan harinya Abbas dan Husain pergi ke sebuah bar tempat Hamida
bekerja. Akan tetapi apa yang dilihat oleh Abbas dan Husain sungguh sangat
berbeda dengan yang diceritakan oleh Hamida. Mereka melihat Hamida duduk manja
di pangkuan seorang tentara Inggris dan tertawa mesra bersamanya. Hal tersebut
membuat Abbas gelap mata dan langsung menyambar sebuah botol bird an
menghantamkannya ke kepala Hamida. Perbuatan Abbas tersebut membuat Hamida
terluka dan memancing emosi para tentara Inggris. Abbas langsung dikeroyok oleh
tentara-tentara tersebut hingga kemudian ia harus kehilangan nyawanya di bar
tersebut.
Baca juga: Belajar Bahasa Arab Pemula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar